Saturday, August 6, 2011

ALI RA BERBAI'AT KEPADA ABU BAKAR RA DAN MENAFIKAN ADANYA WASIAT

Di antara syubhat orang Syi’ah adalah pernyataan ‘Aliy bin Abi Thaalib tidak pernah ridlaa dalam baiatnya kepada Abu Bakr radliyallaahu ‘anhumaa. Mereka juga mereka-reka bahwa ‘Aliy menunda pembaiatannya sampai lewat beberapa bulan.[1] Tentang klaim ketidakridlaan ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu, blog ini membuat bahasan tersendiri tentangnya.[2]

Kali ini, saya akan bawakan bukti ketidakbenaran klaim bahwa ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu menunda baiatnya kepada Abu Bakr hingga beberapa bulan lamanya. Berikut riwayatnya :

حدثني عبيد الله بن عمر القواريري حدثنا عبد الأعلى بن عبد الأعلى حدثنا داود بن أبي هند عن أبي نضرة قال لما اجتمع الناس على أبي بكر رضي الله عنه فقال ما لي لا أرى عليا قال فذهب رجال من الأنصار فجاءوا به فقال له يا علي قلت ابن عم رسول الله وختن رسول الله فقال علي رضي الله عنه لا تثريب يا خليفة رسول الله ابسط يدك فبسط يده فبايعه ثم قال أبو بكر ما لي لا أرى الزبير قال فذهب رجال من الأنصار فجاءوا به فقال يا زبير قلت ابن عمة رسول الله وحواري رسول الله قال الزبير لا تثريب يا خليفة رسول الله ابسط يدك فبسط يده فبايعه

Telah menceritakan kepadaku ‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Qawaariiriy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-A’laa bin ‘Abdil-A’laa : Telah menceritakan kepada kami Daawud bin Abi Hind, dari Abu Nadlrah, ia berkata : Ketika orang-orang berkumpul (berbaiat) kepada Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu, ia (Abu Bakr) berkata : “Ada apa denganku, (mengapa) aku tidak melihat ‘Aliy ?”. Maka pergilah beberapa orang dari kalangan Anshaar yang kemudian kembali bersamanya (‘Aliy). Lalu Abu Bakr berkata kepadanya : “Wahai ‘Aliy, engkau katakan engkau anak paman Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan sekaligus menantu beliau”. ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu berkata : “Janganlah engkau mencela/marah wahai khalifah Rasulullah. Bentangkanlah tanganmu !”. Lalu ia membentangkan tangannya dan kemudian berbaiat kepadanya. Kemudian Abu Bakr pun berkata : “Ada apa denganku, (mengapa) aku tidak melihat Az-Zubair ?”. Maka pergilan beberapa orang dari kalangan Anshaar yang kemudian kembali bersamanya (Az-Zubair). Abu Bakr berkata : “Wahai Zubair, engkau katakan engkau anak bibi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan sekaligus hawariy beliau”. Az-Zubair berkata : “Janganlah engkau mencela/marah wahai khalifah Rasulullah. Bentangkanlah tanganmu !”. Lalu ia membentangkan tangannya dan kemudian berbaiat kepadanya” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Ahmad dalam As-Sunnah no. 1292].

‘Ubaidullah bin ‘Umar Al-Qawaaririy, seorang yang tsiqah lagi tsabt. ‘Abdul-A’laa bin ‘Abdil-A’laa bin Muhammad Al-Qurasyiy, seorang yang tsiqah. Daawud bin Abi Hind, seorang yang tsiqah lagi mutqin.[3] Abu Nadlrah, namanya adalah Al-Mundzir bin Maalik, seorang yang tsiqah juga. Abu Nadlrah tidak bertemu dengan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu, sehingga riwayat ini mursal.

Namun Al-Haakim menyambung kemursalannya dalam Al-Mustadrak 3/76, dan dari jalannya Al-Baihaqiy dalam Al-Kabiir 8/143 dan dalam Al-I’tiqaad wal-Hidaayah ilaa Sabiilir-Rasyaad hal. 490. Al-Baihaqiy berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Haafidh dan Abu Muhammad ‘Abdurrahmaan bin Abi Haamid Al-Muqri’ dengan qira’aat kepadanya, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Muhammad bin Ya’quub : Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Syaakir : telah menceritakan kepada kami ‘Affaan bin Muslim : Telah menceritakan kepada kami Wuhaib : Telah menceritakan kepada kami Daawud bin Abi Hind : Telah menceritakan kepada kami Abu Nadlrah, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy : “…..(al-atsar – yang padanya ada kisah yang lebih panjang dari riwayat di atas)…”.
Riwayat ini shahih, para perawinya tsiqaat.

‘Affaan bin Muslim mempunyai mutaba’ah dari Abu Hisyaam Al-Makhzuumiy sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa 8/143 dan dalam Al-I’tiqaad hal. 492, serta Ibnu ‘Asaakir 30/276-277.[4]
Daawud bin Abi Hind juga mempunyai mutaba’ah dari Al-Jurairiy sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asaakir 30/278-279.
Ibnu Katsiir dalam Al-Bidaayah 8/92 menshahihkan riwayat ini yang mahfuudh dari hadits Abu Nadlrah dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radliyallaahu ‘anhu.
Ada syaahid yang menguatkan riwayat ini :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ، حدثنا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ، عَنْ أَبِيهِ أَسْلَمَ: أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لِأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلَانِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُشَاوِرُونَهَا، وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ، فَقَالَ: " يَا بِنْتَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللَّهِ مَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيكَ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيكَ مِنْكَ، وَايْمُ اللَّهِ مَا ذَاكَ بِمَانِعِي إِنِ اجْتَمَعَ هَؤُلَاءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمُ الْبَيْتُ "، قَالَ: فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ، جَاءُوهَا فَقَالَتْ: تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي، وَقَدْ حَلَفَ بِاللَّهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمُ الْبَيْتَ، وَايْمُ اللَّهِ لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ، فَرَوْا رَأْيَكُمْ وَلَا تَرْجِعُوا إِلَيَّ. فَانْصَرَفُوا عَنْهَا فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا حَتَّى بَايَعُوا لِأَبِي بَكْرٍ "

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr : Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin ‘Umar : Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam, dari ayahnya yang bernama Aslam, ia berkata : Ketika bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Aliy dan Az-Zubair masuk menemui Faathimah binti Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai kepada ‘Umar bin Al-Khaththaab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata : “Wahai putri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih kami cintai daripada ayahmu, dan setelah ayahmu tidak ada yang lebih kami cintai dibanding dirimu. Akan tetapi demi Allah, hal itu tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar rumah ini tempat mereka berkumpul.” Ketika ‘Umar pergi, mereka (‘Aliy dan Az-Zubair) datang dan Faathimah berkata : “Tahukah kalian bahwa ‘Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah, ia akan melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai, simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 14/567; shahih].
Apakah logis ‘Aliy meninggalkan Faathimah sampai berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan lamanya ?. Apakah logis ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu tidak kembali ke rumah Faathimah kecuali 6 bulan setelah kematian Faathimah ?. Syi’ah memang tidak mampu menggunakan akal sehatnya, karena kekerdilannya.

Riwayat ini menunjukan pada kita bahwa :

1. ‘Aliy dan Az-Zubair radliyallaahu ‘anhumaa memang sedikit menunda baiat mereka tidak bersama kaum muslimin lainnya. Akan tetapi dhahir riwayat ini menjelaskan bahwa mereka kemudian bersegera memberikan baiatnya kepada Abu Bakr pada hari itu juga tidak lama setelah kaum muslimin memberikan baiatnya.
2. Kekhalifahan Abu Bakr radliyallaahu ‘anhu adalah sah menurut kaum muslimin secara aklamasi, tidak terkecuali ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu. Tidak ada wasiat atau warisan kepemimpinan dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aliy sebagaimana klaim orang-orang Syi’ah, karena ‘Aliy sendiri menyatakan demikian.[5]

حدثني أبو معمر إسماعيل بن إبراهيم حدثنا ابن علية عن يونس عن الحسن عن قيس بن عباد قال قلت لعلي رضى الله عنه أرأيت مسيرك هذا عهد عهده إليك رسول الله صلى الله عليه وسلم أم رأي رأيته قال ما تريد إلى هذا قلت ديننا ديننا قال ما عهد إلي رسول الله صلى الله عليه وسلم في شيء ولكن رأي رأيته

Telah menceritakan kepada kami Abu Ma’mar Ismaa’iil bin Ibraahiim : Telah menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, dari Yuunus, dari Al-Hasan, dari Qais bin ‘Ubaad, ia berkata : Aku bertanya kepada ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu : “Apakah perjalananmu ini merupakan wasiat yang telah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam wasiatkan kepadamu atau itu hanyalah pendapatmu saja ?”. ‘Aliy berkata : “Apa yang engkau maksudkan tentang hal ini ?”. Aku menjawab : “Agama kami, agama kami”. ‘Aliy berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak mewasiatkan sesuatupun kepadaku. Akan tetapi ini adalah pendapatku saja” [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah dalam tambahannya terhadap Al-Musnad 1/148 no. 1271 dan dalam As-Sunnah no. 1266].
Diriwayatkan juga oleh Abu Daawud no. 4666.
Dishahihkan oleh Ahmad Syaakir, Al-Albaaniy, dan Al-Arna’uth rahimahumullah.

حدثنا يحيى ثنا سعيد بن أبي عروبة عن قتادة عن الحسن عن قيس بن عباد قال : انطلقت أنا والأشتر إلى علي رضي الله عنه فقلنا هل عهد إليك نبي الله صلى الله عليه وسلم شيئا لم يعهده إلى الناس عامة قال لا الا ما في كتابي هذا....

Telah menceritakan kepada kami Yahyaa : Telah menceritakan kepada kami Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, dari Qataadah, dari Al-Hasan, dari Qais bin ‘Ubaad, ia berkata : “Aku dan Al-Asytar berangkat menuju ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu. Kami bertanya : “Apakah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadamu sesuatu yang tidak beliau wasiatkan kepada orang-orang secara umum ?”. Ia berkata : “Tidak, kecuali apa yang terdapat dalam kitabku ini…..” [Diriwayatkan oleh Ahmad 1/122; dishahihkan oleh Ahmad Syaakir dan Al-Arna’uth].

حَدَّثَنَا خَلَفُ بْنُ خَلِيفَةَ ، قَالَ : نا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ ، عَنِ الشَّعْبِيِّ ، عَنْ أَبِي جُحَيْفَةَ ، قَالَ : قُلْتُ لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ : هَلْ عَهِدَ إِلَيْكَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا لَمْ يَعْهَدْهُ إِلَى النَّاسِ ؟ قَالَ : " لا ، إِلا مَا فِي هَذِهِ الصَّحِيفَةِ.....

Telah menceritakan kepada kami Khalaf bin Khaliifah, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah, dari Ismaa’iil, dari Asy-Sya’biy, dari Abu Juhaifah, ia berkata : Aku bertanya kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib : “Apakah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam berwasiat sesuatu kepadamu yang tidak beliau wasiatkan kepada manusia ?”. Ia berkata : “Tidak, kecuali apa-apa yang ada dalam lembaran-lembaran ini....” [Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dalam Al-Bahr no. 468].

Penyebutan Ismaa’iil dalam riwayat di atas keliru, yang benar adalah Mutharrif. Khalaf dalam periwayatan dari Ibnu ‘Uyainah telah menyelisihi Wakii’, Asy-Syaafi’iy, Abu Khaitsamah, dan yang lainnya; yang semuanya meriwayatkan dari Ibnu ‘Uyainah, dari Mutharrif, dari Asy-Sya’biy. Khalaf adalah seorang yang shaduuq, namun berubah hapalannya di akhir hayatnya. Akan tetapi riwayatnya di sini menjadi hasan dengan hadits sebelumnya, dan bahkan shahih dengan keseluruhan jalannya.
Dari manakah sumber adanya wasiat atau amanat kepemimpinan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada ‘Aliy radliyallaahu ‘anhu ?. Saya sendiri tidak tahu, tapi yang jelas bukan bersumber dari ‘Aliy bin Abi Thaalib radliyallaahu ‘anhu.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – 1432 H – revised : 4-8-2011, 17:24 WIB].

[1] Ada yang mengatakan 6 bulan.
[2] Silakan baca artikel : 'Aliy Berbaiat dan Ridlaa terhadap Kekhalifahan Abu Bakr dan 'Umar radliyallaahu 'anhum.
[3] Al-Mizziy menyebutkan bahwa Muslim mengambil riwayat ‘Abdul-A’laa mengambil riwayatnya dalam kitab Shahih-nya.
[4] Diriwayatkan juga oleh Ahmad 5/185-186 no. 21617, Ath-Thayaalisiy 1/49-496 no. 603, dan Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir 4/114-115 no. 4785; semuanya dari jalan Wuhaib bin Khaalid, dari Daawud bin Abi Hind, dari Abu Nadlrah, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy secara ringkas tanpa menyebutkan pembaiatan ‘Aliy dn Az-Zubair radliyallaahu ‘anhumaa.
[5] Baca artikel kami :
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam Tidak Berwasiat tentang Kepemimpinan kepada ‘Ali radliyallaahu ‘anhu.
Ahlul-Bait Tidak Mengakui Wasiat Estafet Imaamah dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam - 'Aliy - Al-Hasan - Al-Husain - 'Aliy bin Al-Husain - Muhammad bin 'Aliy.

TAMBAHAN PENJELASAN TERHADAP KOMEN SYIAH UNTUK ARTIKEL DIATAS :

Ada bantahan dari situs Syi'ah atas artikel di atas. Namun sayangnya, justru ia malah membikin-bikin riwayat mudraj.

Ia membikin riwayat Al-Haakim menjadi seperti berikut :

حدثنا أبو العباس محمد بن يعقوب ثنا جعفر بن محمد بن شاكر ثنا عفان بن مسلم ثنا وهيب ثنا داود بن أبي هند ثنا أبو نضرة عن أبي سعيد الخدري رضى الله تعالى عنه قال لما توفي رسول الله صلى الله عليه وسلم قام خطباء الأنصار فجعل الرجل منهم يقول يا معشر المهاجرين إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا استعمل رجلا منكم قرن معه رجلا منا فنرى أن يلي هذا الأمر رجلان أحدهما منكم والآخر منا قال فتتابعت خطباء الأنصار على ذلك فقام زيد بن ثابت فقال إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان من المهاجرين وإن الإمام يكون من المهاجرين ونحن أنصاره كما كنا أنصار رسول الله صلى الله عليه وسلم فقام أبو بكر رضى الله تعالى عنه فقال جزاكم الله خيرا يا معشر الأنصار وثبت قائلكم ثم قال أما لو فعلتم غير ذلك لما صالحناكم ثم أخذ زيد بن ثابت بيد أبي بكر فقال هذا صاحبكم فبايعوه ثم انطلقواأبو نضرة قالفلما قعد أبو بكر على المنبر نظر في وجوه القوم فلم ير عليا فسأل عنه فقال ناس من الأنصار فأتوا به فقال أبو بكر بن عم رسول الله صلى الله عليه وسلم وختنه أردت أن تشق عصا المسلمين فقال لا تثريب يا خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم فبايعه ثم لم ير الزبير بن العوام فسأل عنه حتى جاؤوا به فقال بن عمة رسول الله صلى الله عليه وسلم وحواريه أردت أن تشق عصا المسلمين فقال مثل قوله لا تثريب يا خليفة رسول الله صلى الله عليه وسلم فبايعاه

Telah menceritakan kepada kami Abul ‘Abbas Muhammad bin Ya’qub yang berkata telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Muhammad bin Syaakir yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Affan bin Muslim yang berkata telah menceritakan kepada kami Wuhaib yang berkata telah menceritakan kepada kami Dawud bin Abi Hind yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Nadhrah dari Abu Sa’id Al Khudriy radiallahu ta’ala ‘anhu yang berkata “ketika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] wafat maka khatib khatib di kalangan anshar berdiri kemudian datanglah salah seorang dari mereka yang berkata “wahai kaum muhajirin sungguh jika Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] menyuruh salah seorang diantara kalian maka Beliau menyertakan salah seorang dari kami maka kami berpandangan bahwa yang memegang urusan ini adalah dua orang, salah satunya dari kalian dan salah satunya dari kami, maka khatib-khatib Anshar itu mengikutinya. Zaid bin Tsabit berdiri dan berkata “Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berasal dari kaum muhajirin maka Imam adalah dari kaum muhajirin dan kita adalah penolongnya sebagaimana kita adalah penolong Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]”. Abu Bakar radiallahu ta’ala anhu berdiri dan berkata “semoga Allah membalas kebaikan kepada kalian wahai kaum Anshar, benarlah juru bicara kalian itu” kemudian ia berkata “jika kalian mengerjakan selain daripada itu maka kami tidak akan sepakat dengan kalian” kemudian Zaid bin Tsabit memegang tangan Abu Bakar dan berkata “ini sahabat kalian maka baiatlah ia” kemudian mereka pergi.

Abu Nadhrah berkata Ketika Abu Bakar berdiri di atas mimbar, ia melihat kepada orang-orang kemudian ia tidak melihat Ali, ia bertanya tentangnya maka ia menyuruh orang-orang dari kalangan Anshar memanggilnya, Abu Bakar berkata “wahai sepupu Rasulullah dan menantunya apakah engkau ingin memecah belah kaum muslimin?”. Ali berkata “jangan mencelaku wahai khalifah Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]” maka ia membaiatnya. Kemudian Abu Bakar tidak melihat Zubair, ia menanyakan tentangnya dan memanggilnya kemudian berkata “wahai anak bibi Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan penolongnya [hawariy] “apakah engkau ingin memecah belah kaum muslimin?”. Zubair berkata “jangan mencelaku wahai khalifah Rasulullah” maka ia membaiatnya

[selesai].

Perhatikan kalimat yang bercetak tebal. Itu adalah sisipan (idraaj) yang dibuat-buat oleh orang Syi'ah. tentu saja kualitasnya dla'iif, bahkan palsu. Itu bukan riwayat Al-Haakim jadinya, tapi riwayat bikinan orang Syi'ah. Yang aslinya gak ada kalimat yang bercetak tebal.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
on


Ada kaedah yang mengatakan : Al-Mutsbitu muqaddamun 'alan-nafy" (yang menetapkan itu didahulukan daripada penafikan). Kenapa ?. Karena yang penetapan itu mengandung ilmu tambahan daripada penafikan. Dan dalam riwayat 'Abdullah bin Ahmad, Al-Haakim, Al-Baihaqiy, dan yang lainnya sangat tegas bahwa baiat 'Aliy itu segera setelah pembaiatan Abu Bakr. Dan itu diriwayatkan oleh orang yang menyaksikan pembiatan Abu bakr dan pembaiatan 'Aliy, yaitu Abu Sa'iid Al-Khudriy.

Logika aneh orang Syi'ah itu mengatakan bahwa lafadh :

قالفلما قعد أبو بكر على المنبر نظر في وجوه القوم فلم ير عليا فسأل

"Ketika Abu Bakar berdiri di atas mimbar, ia melihat kepada orang-orang kemudian ia tidak melihat Ali, ia bertanya .....dst"

adalah perkataan Abu Nadlrah, bukan Abu Sa'iid.

Orang Syi'ah ini memang tidak membiasakan diri memakai akal sehatnya. Seandainya itu memang perkataan Abu nadlrah,.... lantas bagaimana bisa ia bercerita panjang lebar secara detail tentang peristiwa baiat ?. Tentu saja ada orang yang menceritakan kepadanya. Dan dalam riwayat Al-Haakim, Al-Baihaqiy, dan yang lainnya telah disebutkan bahwa orang yang menceritakan kepadanya itu adalah Abu Sa'iid Al-Khudriy. Lantas, bagaimana bisa ia membagi-bagi riwayat seenaknya sendiri ?. Ini dari logika sehat. Adapun dari sisi ilmu riwayat, maka riwayat yang seperti itu adalah mahfudh dan merupakan satu kesatuan.

Sangat aneh orang Syi'ah ini. Dalam hadits Abu Hurairah yang jelas-jelas ada qarinah yang membedakan antara perkataannya dengan perkataan Nabi ia tolak (http://alfanarku.wordpress.com/2011/07/08/apakah-abu-hurairah-berdusta-basa-basi-syi%E2%80%99ah/). Eh,...giliran di sini yang tidak ada qarinah sharih adanya idraaj ia tetapkan adanya pembagian (ini perkataan Abu nadlrah, ini perkataan Abu Sa'iid). Kita dapat lihat bagaimana hawa nafsu memegang peranan dalam penshahihan dan pendlaifan riwayat.

Riwayat Ja’far bin Muhammad bin Syaakir dari ‘Affan bin Muslim dari Wuhaib dan riwayat Abu Hisyaam dari Wuhaib; ia katakan mempunyai 'pertentangan'. Jangan aneh kalau ia mengatakan demikian. Namun perlu dicatat, riwayat itu bersatu atau bersepakat tentang pernyataan berbaiatnya 'Aliy segera setelah baiatnya kaum muslimin kepada Abu Bakr. Jadi, penyebutan adanya 'pertentangan' oleh orang Syi'ah ini adalah penyebutan tanpa faedah dalam bahasan, kecuali faedah bagi dirinya sendiri.

Mutaba'ah Al-Jurairiy riwayat Ibnu 'Asaakir dikatakannya tidak mahfudh karena kelemahan 'Aliy bin 'Aashim. Memang benar, ia seorang yang shaduuq, namun banyak keliru (yukhthi'). Namun periwayatannya dari Al-Jurairiy tersebut berkesesuaian dengan riwayat Daawud bin Abi Hind. Aneh sekali ia mengatakan : Tidak mahfudh, karena menyelisihi Hammaad bin Salamah dari Jurairiy, dari Abu Nadlrah secara mursal; sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Balaadzuriy. Ia lupa - atau pura-pura lupa - bahwa Al-Baladzuriy sendiri bukan seorang yang kuat dalam hadits. Haditsnya itu hasan jika tidak ada perselisihan.

Muslim ketika mengomentari riwayat Abu Sa'iid di atas berkata :

هَذَا حَدِيثٌ يَسْوِي بَدَنَةً

"Hadits ini menyamai badanah (onta yang gemuk)".

Mendengar itu, Ibnu Khuzaimah berkata :

يَسْوِي بَدَنَةً؟ بَلْ هُوَ يَسْوِي بَدْرَةً

"Menyamai badanah ? Bahkan menyamai harta yang sangat banyak".

Artinya apa ? Hadits ini shahih menurut penilaian Muslim dan Ibnu Khuzaimah.
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
on


Khulashahnya, hadits ini dishahihkan oleh Muslim, Ibnu Khuzaimah, Al-Haakim, Ibnu Katsiir, dan yang lainnya. Ini adalah aqwal mutaqaddimiin.

Tentang hadits 'Aaisyah. Ia sendiri mengakui bahwa kemungkinan 'Aaisyah tidak melihat peristiwa pembaiatan sebagaimana yang disaksiakan Abu Sa'iid. Ini memang benar bahwa . Lazimnya para wanita adalah tinggal di rumah. Dan 'Aaisyah memang kenyataannya tidak melihat secara langsung pembaiatan tersebut karena berada di rumah. Syari'at tidak memperbolehkan seorang wanita untuk keluar rumah beberapa waktu lamanya setelah suaminya meninggal dunia.

Yang jelas di sini adalah bahwa 'Aaisyah MEMANG TIDAK MELIHAT peristiwa pembaiatan Abu Bakr.

Bagaimana bisa kesaksian orang yang melihat bisa dikalahkan oleh kesaksian orang yang tidak melihat ?.

Kita tidak mengatakan bahwa 'Aaisyah berdusta, karena ia hanya mengatakan berdasarkan pengetahuannya saja. Jika ada ta'arudl, maka hal pertama harus dijamak. Kalaupun harus ditarjih, maka harus sesuai dengan kaedah-kaedah tarjih. Dan qarinah pentarjihan hadits Abu sa'iid adalah kuat, karena ia menceritakan runutan peristiwa yang sedang dilihatnya dari awal hingga akhir peristiwa pembaiatan.

Juga, riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 14/567 no 38200 :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ
Abu Al-Jauzaa' : mengatakan...
on


Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata bahwasanya ketika bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai kepada Umar bin Khaththab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata ”wahai Putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih kami cintai daripada Ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih kami cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar rumah ini tempat mereka berkumpul”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berkata “tahukah kalian bahwa Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah ia akan melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai, simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih sesuai syarat Bukhari Muslim]

merupakan syahid yang sangat kuat dalam mendukung rangkaian peristiwa yang diceritakan Abu Sa'iid Al-Khudriy di atas.

[logika aneh : Ada yang mengatakan bahwa perkataan : 'Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar' --- tidak menunjukkan bahwa 'Aliy pergi berbaiat pada hari itu juga. Katanya, bisa jadi beberapa hari kemudian, atau seminggu, dan seterusnya. Kalau logika kita jalan, memangnya 'Aliy pergi dari rumah Faathimah itu berhari-hari ? Mau nginep dimana ? sedangkan waktu itu Faathimah sedang membutuhkan dirinya ('Aliy) karena kesedihannya ditinggal Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam ?. Tentu saja ia segera berbaiat, dan kemudian kembali lagi ke Faathimah untuk menghiburnya, juga menafkahi keluarganya].

So, ndak ada masalah dengan keshahihan riwayat maupun kesharihan dilalahnya.

Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/07/aliy-bin-abi-thaalib-berbaiat-kepada.html

No comments:

Post a Comment